Yang saya suka dari baca buku ituu,, kita bisa ikutan juga merasakan
perjalanan yang mereka lakukan, kesedihan yang mendalam, juga bisa sedikit
mengintip dunia.
Buku kesekian yang dibaca tahun 2013, tahun ini
sepertinya menjadi masa terproduktif baca buku buat saya, setelah berbagai
bacaan lain’ saya dapat referensi buku bagus dari de’ gita judulnya Titik Nol,
Garis batas dan Selimut Debu semuanya sama ditulis oleh Agustinus Wibowo,
seorang traveler yang ehh bukan bukan dia seorang explorer menurut saya, yaaa
seorang explorer yang mengarungi belahan dunia dan menyelami kehidupan
masyarakat disana, nggak tangung-tangung dia menjelajah jalur sutra selama 5
tahun dimulai dari China Mongol Nepal lalu dia menjelajah Negara-negara stan
seperti Pakistan Kazakhstan Tukrmenistan sampai Afganistan yang penuh
dengan ranjau darat dan Taliban.
Setelah membaca Selimut
Debu saya baru tahu bahwa Afganistan yang selama ini hanya saya anggap Negara
gersang yang penuh puing-puing gedung sisa bom dan rudal, juga berisi
pegunungan yang indah, sungai yang mengalir, juga yang awalnya saya tahu hanya
Negara islam paling kuat pakemnya’ Afganistan juga merupakan tempat sacral bagi
umat Budha karena tersisa bangunan suci menurut mereka di sana, yaa sang Budha
tidur berada kokoh di “Tanah bangsa Afghan” dulunya, hingga kini menjadi
puing-puing setelah dihancurkan Taliban.
Dari buku ini saya
belajar banyak mengenai islam garis keras, kenapa wanita disana tidak cukup
hanya mengenakan cadar tapi harus menggunakan Burqa, dimana menatap gadis
adalah dosa, dan menyebut nama seorang gadis disana merupakan penghinaan.
Setelah membaca buku ini pun saya tahu apa penyebab besarnya syahwat mereka
pada para gadis dan penyebab suburnya homosexualitas dan pedofilia di Negri
Stan.
Agustinus Wibowo
mengajak kita ikut merasakan perjalanan yang dia lakukan, menceritakan semua
pengalaman, dan menuangkan pengalamannya dengan baik selama dia ada disana.
Buku Selimut Debu ini buku seri pertama dari trilogy yang dikeluarkan. Nggak
sabar baca semua bukunya.
No comments:
Post a Comment