Thursday, August 30, 2018

Seminar Mendidik Anak Sesuai Fitrah by Udztad Harry Santosa

Assalamualaikum,, mumpung masih semangat nulis jadi sekalian bisa posting tentang isi seminarnya juga, soalnya masih anget dikepala. Sejak ada instgram dan instagran story sejujurnya aku jadi lebih sering sharing sesuatu disana karena lebih praktis tanpa buka laptop, tapi tetep aja kangen sharing di blogspot, kangen posting pake repot yang harus edit sana sini, nulis agak banyak, edit foto dan ngumpulin niat yang super banyak buat buka laptop setelah bocah-bocah bobo hihii.

Nama Udztad Harry Santosa ini sebetulnya sudah nggak asing buat saya, yang walaupun belum tau siapa, belum pernah ikut seminarnya, juga belum pernah baca bukunya, tapi sering jadi bahan obrolan ibu-ibu di WAG IP Banten yang pernah ikut seminar beliau, atau baca bukunya dengan ilmu parenting yang bagus banget. Kemarin perdana saya ketemu beliau dan ikut mendengarkan seminarnya yang masyaallah banyak ilmu yang saya dapat dan berharap ada yang bisa diamalkan, aamiin.

Diawal seminar udztad menanyakan rata-rata usia peserta seminar yang ternyata kebanyakan ibu-ibu peserta kelahiran 80-90an, generasi ibu galaw katanya, kenapa disebut generasi ibu galaw? Sebab ibu-ibu ini mulai tidak percaya dengan sistem pendidikan sekarang, namun meragukan kemampuan dan kesiapannya untuk mengajari anak dengan mandiri di rumah (home schooling misal). Saya ngerasa banget sih masuk grup ibu galaw itu hehee. Dilanjutkan tentang pentingnya ayah dalam pengasuhan, yang ternyata peranannya sama penting dan sama porsinya dengan ibu, gimana caranya bisa menyeimbangi pengasuhan ibu yang notabenenya seharian dengan anak, dengan ayah yang dibilang minim waktu? Maksimalkan, buat jadwal dan quality time. Karena kebaikan seorang ayah akan tertular pada anaknya, seperti yang dicontohkan para nabi dan sesepuhnya juga teturunannya, yang kalau dipikir dan di ingat memang benar juga banyak nabi yang merupakan ayah anak, bahkan Nabi kita Ibrahim alayihi salam disebut juga bapaknya para nabi. Ternyata kebaikan itu mengalir, kearifan itu ditiru dan sebaik-baiknya warisan adalah ilmu, sebaik-baiknya amal adalah meninggalkan anak shalih. Udztad mengambil contoh Bapak BJ Habibie yang teguh dengan misi hidupnya di bidang dirgantara, kemudian mengalir menjadi misi hidup anaknya juga. Lalu apa peranan kita sebagai ibu? Kitalah yang harus 100% mendukung visi dan misi hidup suami, bawa suami kita dalam kesuksesan hidupnya, buat anak kita menemukan visi hidupnya. Jika seorang istri mendukung misi hidup suaminya sepenuh hati, maka cinta suami tak akan bertepi, yang dicontohkan dengan kisah cinta Pak Habibie kepada Ibu Ainun yang sempat di buat film paling romantis.

Apa yang terjadi jika suami belum menemukan misi hidupnya? Bantu cari, bersama bergandengan tangan menuju satu arah, “karena cinta itu bukan hanya saling bertatapan penuh mesra, tapi bergandengan tangan menatap suatu tujuan yang sama bersama”. Kemudian ingat suami di rumah, sebetulnya misi hidup dia apa yaa? Udah ketemu belum ya? Karena menurut beliau lagi (udztad Harry) jika seorang suami belum mengetahui visi hidupnya, salah kariernya bisa berakibat buruk buat keluarga. Tiap pulang kerja marah-marah, saat weekend enggan di rumah, kalau minggu sore mulai maagh (lucu emang pak udztad ini, menebar banyak quote hihii). Banyak kasus LGBT, kecanduan narkotik dan kenakalan lain, jika dilihat bermula dari kurangnya peran pengasuhan ayah di rumah. Jika Ayah abai, ibunya lalay, bersiaplah memiliki anak alay. Apa saja yang penting di terapkan oleh orang tua? Ada 3 hal yang harus diketahui,
1.       Tarbiyah = menanamkan fitrah anak
2.       Ta’dim = menanamkan adab
Kedua poin ini wajib dilakukan oleh orang tua, dengan pengajaran dan contoh
3.       Ta’lim  = belajar
Ini bisa dilakukan sendiri, atau diberikan oleh pihak ketiga (guru, udztad, sekolah, pondok dll)
Namun apa yang terjadi pada pendidikan saat ini? Anak sekarang seperti dikarbit, terburu-buru diminta dewasa, tergesa para orang tua untuk memanen hasilnya. Jika anak masuk TK sudah bergegas (terlalu dini) maka saat SD mulai lemas, dengan segala bentuk les dan pelajaran tambahan, lalu SMP nya gimana? Saat SMA takut kebablasan lalu masukan anak ke Pondok, padahal itu bukan solusi sama sekali. Mendidik anak kita cepat dewasa akan membuat orang dewasa yang kekanakan kelak. Tidak bertanggung jawab, tidak memahami visi hidup dan peran peradabannya di dunia. Tugas kitalah menghantarkan anak pada peran peradabannya.

Masih banyak lagi yang beliau bahas, namun sulit untuk saya sharing semua, next kalau ada seminar dan Udztad Harry sebagai pembicara aku rekomendasikan banget buat ikutan, inysyaallah manfaat. Dari sekian banyak ilmu semoga ada banyak yang bisa diterapkan dalam keluarga dan menular di linggkungan terdekat aamiin.

Wisuda Ibu Profesional Banten


Assalamualaikum,, lama tak jumpa sejak lahiran.  Alhamdulillah bisa wisuda lagi tanpa bikin skripsi hehhe, belajar tentang menjadi ibu memang nggak ada habisnya, terus mengalir berbagai tugas dan tantangannya, alhamdulilah di kelas matrikulasi Ibu Profesional Banten ini saya lulus dan naik kelas ke kelas Bunda Sayang, semoga bisa lulus sampe finish. Aamiin.

Wisuda gabungan ini bukan hanya untuk kelas matrikulasi, tapi juga berbarengan dengan kelas bunda sayang batch sebelumnya. Keriuhan mulai terasa sebulan sebelum acara, diinvite banyak grup persiapan wisuda, mulai dari rembukan persiapan seminar, ngobrolin ketentuan seminar dan yang paling seru adalah ngobrolin dresscode hehhee mamak-mamak tipikal banget ya. Acaranya bertempat di Kebun Kubil Garden Resto Serang, Sabtu 18 Agustus 2018 (sampai sekarang masih penasaran kubil itu artinya apa?). Acaranya padet banget sejak pagi dimulai dengan sambutan para pengurus Ibu Profesional Banten, promosi sponsor, dan penampilan drama dari rumah belajar menulis lalu masuk ke Seminar oleh Udztad Harry Santosa dengan tema Mendidik Anak Sesuai Fitrah. Setelah selesai istirahat makan dan sholat barulah dimulai acara foto wisuda per kelas, kelas matrik dan kelas bunda sayang, saya sangka akan ada prosesi seperti wisuda saya dulu, ternyata nggak hihii.

Untuk saya acara ini seperti booster untuk mood, mood belajar dan mood menjalani hari-hari kedepan. Pertama kalinya pisah sama Syams, dia yang sudah saya daftarkan Kids Corner di Kebun Kubil terpaksa nggak diboyong karena batuknya yang gohgoy kalau kata orang Sunda. Jadilah cikcikbum family ini pecah kongsi, saya ajak Cyra dan ibu Aas berangkat menuju acara, Syams dan papanya di rumah. Jangan tanya adegan berangkatnya, dia nangis kejer maksa ikut dan saat saya telfon papanya ternyata Syams masih nangis. Ini kali ke dua saya bertemu teman-teman IP Banten, sekali di awal kopdar matriks, absen sekali acara seminar karena hamil besar, dan sekarang saat wisuda. Karena jarangnya kelas offline di IP ini, maka acara wisuda sangat ditunggu buat kami untuk sekedar hai hai atau ngobrol mengenal lebih dekat, ada kejadian lucu menjelang wisuda. Saya ternyata pernah duduk sebelahan dengan teman sekelas matrik, namun tidak menyadarinya hihihii, pertama karena memang nggak bawa kacamata, kedua nggak ngeuh karena riweuh bawa anak dua yakaan.

Acara wisuda ini kalau boleh aku komentari, harusnya bukan wisuda deh, harusnya naik kelas, iya nggak sih? Soalnya kan belom lulus, tapi naik tingkat, dari kelas matrik ke kelas bunda sayang (just my thougt sih). Tapi acaranya nasional juga dan namanya Wisuda hehe. Dapet apa aja di goodybag saat acara? Ada sabun wangi dari rumbel kecantikan, stiker bertuliskan quote dari rumbel design grafis, sertifikat seminar, pin berbentuk medali yang disematkan dengan pita, notebook dan berbagai brosur sponsor. Yang disayangkan tuh nggak ada handout dari pemateri yang biasanya ada dalam goodybag seminar.

Kalau ditanya dari keseluruhan acara apa yang paling ditunggu? Selain materi seminar, saya sebenernya nunggu ketemu dengan temen-temen sih, foto wisudawati dan ngobrol dengan orang yang biasa saya balas chatnya diWA grup, rasanya menyenangkan berteman kembali, punya sosial grup lagi, ber haha hihi dengan manusia, bukanya dengan gadget, bisa moveon dari teman-teman saya yang di Bandung.


Harapannya setelah wisuda dan masuk kelas baru, ilmu yang kemarin bisa di amalkan, ilmu baru bisa terpatri hingga menjadi ilmu yang berkah, ilmu yang benrmanfaat, bukan saja hanya untuk saya, tapi juga anak, suami dan orang-orang terdekat bisa merasakan berkah dari ilmu tersebut.

Karena ibu adalah pembelajar sepanjang hayat.