Monday, January 28, 2019

Maryam Cyra Raniyah (Lahiran anak ke dua)

Assalamualaikum pembaca baru di tahun baru, mau cerita proses kelahiran anak kedua nih yang terlewat hampir 9 bulan yang lalu hihii. Sejak Cyra lahir hidup yang tadinya settle jadi dimulai dari 0, milai dari atur jadwal, mengolah emosi dan banyak lainnya.


Karena Syams lahir diusia kehamilan 37 minggu, saya dan suami sudah ke-geer an untuk kelahiran anak kedua ini juga akan sama seperti kakaknya, yaa nggak akan jauh bangetlah bedanya, paling 38 minggu (yang mana ternyata kita sotoy banget). Karena sudah ke pede an akan lahir maju 3 minggu dari HPL yang diberikan obgyn, saya mengirimkan semua vitamin dan suplement pada adik saya di Bandung, biar nggak mubazir niatnya, kan bayinya sebentar lagi lahir wkwkwkwk sok tau banget yaa. Nah ternyata belum ada tanda-tanda mau melahirkan sejak minggu ke 37, lalu diminggu ke 38 juga ini bayi anteng banget, minggu 39 diem-diem bae nih bayi diperut yang malah membuat saya dan suami deg-degan, kok nggak keluar-keluar, takut ketubannya keruh, ketuban kering, takut harus di induksi, takut di operasi dan banyak takut-takut lainnya.




Apa saja yang sudah dilakukan selama deg-degan menanti kelahiran bayi? Saya jalan pagi jauh banget sambil dorong syams pakai stroller, soalnya dia minta gendong kalau kejauhan, capek katanya. Saya rajin banget squad dirumah sampai berkali – kali jalan jongkok demi agar si bayi cepet keluar. Masuk ke 40 minggu kurang satu hari dari HPL, saya merasakan gelombang cinta itu pagi hari lembut tapi pasti yang sampai siang tiba-tiba hilang. Saya tunggu hingga ashar nggak ada lagi si gelombang itu, flek darah nggak ada, ketuban apalagi, duh makin stress rasanya. Dan akhirnya kami putuskan kontrol obgyn karena memang ini HPL-1  dan menanyakan status bayi, aman nggak untuk ditunggu, posisi bayi dan kondisi ketuban. Dokter bilang semua baik, bisa ditunggu maksimal 1 minggu, kalau nggak ada pembukan terpaksa dan mau-nggak mau harus operasi, huwaaaaaaa pengen nangis rasanya, takut, gelisah, nggak ridho dan nggak berani campur aduk. Saya diminta pulang dan menunggu dirumah, karena memang nggak ada pembukaan di magrib itu.




Sesampainya dirumah, saya makan dan bermain biasa dengan Syams sambil menunggunya tidur, perut sudah berat dan begah, sesek banget dan sulit bergerak. Jam 22.00 tiba-tiba datang gelombang dahsyat itu, yang nggak se mulus tadi pagi, getarannya terasa langsung kenceng dan nyelekit, jedanya juga nggak terlalu panjang, terus berlangsung sampai jam 23.00, bapake dan Syams sudah tidur, saya download applikasi untuk mengetahui waktu yang pas untuk ke rumahsakit, saat jam 23.00 saya lihat applikasi berkali-kali dan memang diminta pergi ke RS tapi yaa kok nggak percaya. Dicoba lagi 3 termin dan hasilnya tetap sama, saya harus segera ke RS. Syams tiba-tiba bangun dan nangis mungkin mendengar mamanya yang dari tadi mengaduh kesakitan, akhirnya saya putuskan berangkat ke RS Permata Serdang didekat rumah. Sebelumnya saya telfon ibu ART saya untuk ikut menemani, bilang sepertinya sekarang mau melahirkan. Kami tiba di RS pukul 00.30 dan setelah di cek bukaan sudah bukaan 3, saya diminta menunggu untuk tes lain, padahal itu posisinya sudah nggak bisa ngomong, pucet dan melilit banget, si gelombang cinta datang bertubi-tubi tanpa jeda, saya ngos-ngosan dan kecapekan. Saat diantar kursi roda karena sudah nggak kuat jalan, saya kira akan di bawa ke ruang bersalin, ternyata saya malah dibawa ke kamar inap. Nggak lama setelah ditinggal perawat saya merasakan mules luar biasa, seperti ada yang menendang nendang ingin melompat, saya nggak kuat nahan rasa itu dan mengedan sambil berdiri, sambil berpegangan pada ibu, karena bapake lagi diluar cari dokter.

Byuuur air ketuban meluncur ke lantai, diikuti suara meletus, air deras banyak dan bening keluar dari jalan lahir, lega rasanya setelah ketuban keluar, ternyata begini rasanya pecah ketuban, saat lahiran Syams dulu ketuban ini digunting dokter saat bukaan lengkap, jadi saya baru tahu rasanya sekarang. Setelah lega sebentar karena ketuban pecah, rasa melilit itu datang lagi dan keinginan untuk mengedan lebih besar lagi, kamar tiba-tiba penuh oleh bidan, perawat dan dokter yang heran kok saya pecah ketuban duluan diruang inap tanpa pendamping, malam itu chaos sekali, panik, sakit dan menegangkan, tapi lucu kalau saya ingat sekarang.

Saya dibawa dengan ranjang menuju ruang bersalin saking sakitnya dan sudah nggak bisa berdiri lagi, rasanya kepala bayi sudah keluar, tapi dokter maya (Obgyn ku) belum datang, dan dokter lain sedang menangani kelahiran lain, yaa ada 3 kelahiran bersamaan saat itu, dan saya paling akhir masuk ruangan, padahal si bayi sudah diujung, tapi saya diminta untuk menutup rapat paha, untuk jangan dulu mengejan (kan nggak bisaa ditahan). Sampai saya dengar bayi dipinggir lahir, dokter langsung mendatangi kaki, membuka dan brol, kepala bayi keluar, tapi lagi-lagi ditahan, pelan katanya, agar tidak banyak robekan, yang saya timpali dengan “nggak bisa ditahan doookk” hehhee galak bener kan ibu yang lagi melahirkan. Alhamdulilah nggak sampai semenit dan lahir dengan sekali hejan lahirlah kembali saya sebagai ibu, ibu-ibu tepatnya karena sekarang anaknya kan 2 hehehe. Hilang sudah sakit melilit tadi, hilang seketika nggak tahu kemana, lega rasanya, masyaallah allahuakbar.


Tepat setelah lahir dokter maya datang, dia langsung memegang jarum untuk menjahit diarea bawah sana, dan bayi di imd ke dada. Saya baru sadar, bapake mana? Kok nggak masuk? Ternyata dia nggak boleh masuk, sampai akhirnya selesai di jahit, bayi dibawa untuk dibersihkan dan di adzani disana oleh bapake (iyaa dia tetep ga boleh masuk hmmm). Saya diminta tiduran dulu sambil dibersihkan oleh perawat, dan nggak lama setelahnya ibu sama Syams datang, masuk dan menanyakan kabar, dia masih terjaga sejak kami boyong ke RS, ikut menyemangati di UGD dan menemani hingga adiknya lahir (mama terharu). Kenapa Syams dibawa ke RS saat proses melahirkan? Karena nggak ada opsi lain,  kami perantauan dan nggak ada orang tua disini, alhamdulilah sekali ART kami baik hati dan mau menemani seperti keluarga sendiri.



Pindahlah saya ke kamar perawatan, laper haus cape jadi satu. Dulu saat syams lahir saya di infus jadi nggak begitu terasa lelanya, yang ini karena proses nya cepet banget (muali dari bukaan, masuk UGD, kamar rawat dan melahirkan) jadi baru terasa setelahnya, kok nggak di infus yah? Mungkin keder soalnya tadi heboh prosesnya hihii.

Mama dari Bandung datang menemani siangnya, Syams masih setia mendampingi samapi jam 3 dini hari, ikut tidur di kasur sofa dengan bapake, dan mama mulai galaw, melow sedih jauhan sama Syams, percaya nggak percaya bayi yang diperut udah lahir, dan syams official jadi kakak sekarang. Bissmillah kita bisa ya Syams.


Sampai jumpa di postingan melahirkan beikutnya inysyaallah <3 <3 <3