bukan blog serius yang isinya info penting dan spektakuler' jadi baca dengan seksama
Monday, February 19, 2018
My Sparkling Life: (Beberapa) Fakta tentang Singapura
My Sparkling Life: (Beberapa) Fakta tentang Singapura: Bissmillahirrohmanirrohim Assalamualaikum,, mau share oleh-oleh yang saya dapat dari Tour Guide, supir taxi dan sedikit pengalaman sa...
(Beberapa) Fakta tentang Singapura
Bissmillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum,, mau share oleh-oleh yang saya dapat dari
Tour Guide, supir taxi dan sedikit pengalaman saya selama liburan di Singapura
kemarin. Banyak hal baru yang menarik
untuk diceritakan, beberapa kabar baik, miris atau yang sedikit mengecewakan.
Dimulai dari pertama tiba dibandara Changi yang keren, yaa
namanya aja International Airport, agak beda sih sama bandara Soeta beda banget
malah heheu, terlihat lebih rapi dan modern, baik dari sistem, bangunan dan
suasana yang didapat. Selama dari bandara menuju hotel tempat menginap,
rombongan kami menyewa bis dan lokal guide yang merupakan seorang ibu paruh
baya muslimah asli Singapura, beliau warga negara Singapura keturunan Melayu
yang kalau di Indonesia kita sebut Pribumi. Beliau menceritakan dengan bangga
negaranya yang canggih, asri dan hijau. Dan memang itulah yang nampak dari
sekitar 30 menit perjalanan kami menuju hotel. Memberitahukan sedikit peraturan,
bahwa dalam bus pariwisata tanpa pegangan kami dilarang berdiri didalamnya
apalagi berlarian,juga dilarang makan dan minum didalam bus seperti wajarnya
kita di Indonesia, itu ada sanksi dan dikenakan denda. Beliau juga mewarning kami tentang ketatnya hukum
disana, larangan membuang sampah sembarangan, juga aturan menyebrang di
Singapura yang harus pada tempat dan waktu penyebrangan. Tidak terlihat ada
macet selama tour singkat itu, dan itulah yang terjadi selama puluhan tahun
disana, oiya mereka juga nggak pernah mati lampu loh sejak 35 tahun lalu, amazing yah.
Sebelum berangkat saya sempat blog server ke traveler bloger
untuk mencari informasi dan tips selama traveling kesana, salah satu tips yang
saya dapat adalah untuk membawa botol minuman, sebagai ibu hamil plus
jalan-jalan bareng anak kecil saya kira memang wajib sih bawa botol air, tapi
refil nya dimana? Dan ternyata memang banyak tersedia pancuran air minum yang
siap minum tersebar, tapi ada kalanya juga kami kepepet beli air mineral yang
kalau di kurs kan harganya sekitar 13.000 rupiah untuk 600ml air mineral,
lumayan kan. Mulai dari air keran hotel yang bisa diminum, di bandara juga di
tempat umum seperti tempat wisata dan masjid menyediakan keran-keran air siap
minum, jadi mggak perlu khawatir selama bawa botol minum.
Saya sempat sholat dzuhur berjamaah di Masjid Sultan atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Botol, kenapa disebut Masjid Botol?
Jadi berdasarkan cerita dari Tour Guide kami Bapak Mohamad Nur, masjid tersebut
dibangun dikawasan muslim yang rata-rata berpenghasilan rendah, yang awalnya
menentang pembangunan masjid tersebut, karena tidak diberi andil dalam
pembangunannya. Hingga akhirnya pemerintah menawarkan untuk menyumbangkan
botol-botol kecap yang ada banyak
tersedia disetiap rumah penduduk kawasan masjid, lalu dipotong dan ditempelkan
bagian dasar botol nya kebagian menara Masjid Sultan, hingga nampak sampai
sekarang, potongan botol yang berjejer rapi diatas menara.
Sempat mengambil foto mainstream dekat Landmark Singapura
yaitu Merlion. Kami melihat banyak sepeda berjejer disana, sebenarnya beberapa
tempat juga saya sempat lihat sih bahkan di Orchahrd, banyak sepeda yang
diletakan begitusaja tanpa rantai. Ternyata sepeda seperti itu memang disebar
seantero negri untuk orang yang mau bersepeda, dengan tarif $1 per 30 menit
(kalau nggak salah ini ada tertera dibagian atas ban belakanng sepeda) caranya
gimana? Daftar dan nanti akan diberi barcode yang kemudian bisa di scan di
bagian gembok setiap sepeda, gembok akan terbuka secara otomatis dan sepeda
siap digunakan, kalau waktu habis ban akan ter lock otomatis, bisa
diperpanjang, atau yaa simpan saja dimana pun itu saat sepeda terlock,
inysaallah aman katanya. Kebayang kalau ada di Indonesia, sepertinya sudah
masuk tempat besi kiloan seperti nasib mur dan baut jembatan suramadu.
Cerita tentang kebersihan, keteraturan dan betapa tertib nya
negara itu ternyata bukan isapan jempol semata, selama 3 hari disana saya
merasakan hal itu ditambah cerita dari penduduk lokal. Tour guide kami yang
sebelumnya bercerita bahwa ada turis Malaysia yang beliau bawa membuang sampah
sembarangan karena mengira tidak ada petugas didekatnya, namun tak lama
punggungnya ditepuk pria berpakaian safari yang menunjukan kartu identitas
sebagai polisi, maka terkena lah denda $300 atau setara Rp 3,000,000 lumayan
banget kan? Nah kalau coba-coba nyogok sipetugas, kita bisa kena denda 2x lipat
alias $600 jadi mendingan buang sampah pada tempatnya saja. Hukum yang berlaku
di Singapura selain denda yang tinggi juga masa hukuman yang lama ditambah ada
hukuman fisik, iya hukum cambuk masih berlaku disana hingga sekarang. Bukan
hukum cambuk ala Aceh yang sering kita lihat itu, berpuluh cambukan oleh algojo
ditengah lapangan kota. Di Singapura, cambuk dimulai dari 3 kali saja, namun
setiap cambukan bisa menimbulkan akibat fatal, mulai dari berbekas seumur
hidup, putus urat bahkan kemandulan bagi pria saking keras dan pedihnya
cambukan yang disabetkan algojo, menurut Pak Nur ada minyak khusus di alat
cambuknya, bikin ngeri yang denger. Angka kriminalitas disana terhitung kecil,
begitu juga untuk kasus korupsi, mungkin karena hukum betul ditegakan disana,
bagus kalau dipraktekan di Indonesia gumam saya dalam hati.
Semoga dikasih rejeki, usia, kesempatan untuk bisa jalan-jalan
lagi bareng keluarga, lebih jauh lagi kalau bisa dan makin banyak negara yang
dikunjungi biar nambah wawasan dan pengalaman, karena allah saja memerintahkan
demikian hehe semoga bukan jadi modus baru penggunaan dalil buat jalan-jalan.
Saturday, February 10, 2018
Mendidik Anak Dengan Cinta dan Logika With Ibu Elly Risman, Psi
Bissmillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum warrahmatullah, kemarin saya alhamdulilah
berhasil cheklist salah satu point resolusi keluarga kami yang dipending dari
tahun 2017, yaitu untuk ikut seminar parenting. Kenapa masuk dalam resolusi
keluarga cikcikbum? Karena ini salah satu misi kita dalam mewujudkan visi
sebagai keluarga. Bahkan untuk jualan gorengan saja ada ilmu dan target yang
harus diraih, masa iya mendidik anak tanpa ilmu dan achivement? Setidaknya itu
yang membuat kami semangat untuk belajar menjadi orang tua, selain ingat akan
hisab Allah nanti.
Acara seminar yang diikuti oleh 500 orang tua pembelajar
yang dominan ibu - ibu ini sukses membuat mata saya sembab, hati hancur dan isi
kepala yang porak poranda setelah mendengarkan 4 jam materi dari ibu Elly
Risman. Sosok psikolog yang sering saya lihat dilayar kaca, berseliweran video
seminarnya di laman Facebook dan banyak saya baca nasihatnya di grup whatsup. Sosok
ibu sukses yang saya lihat dan beberapa teman perhatiakan kok ada kemiripan antara beliau dengan mama saya di
Bandung, dan hal itu juga dibenarkan suami hehehe. Hotel Mangkuputra
yang berlokasi di dekat pintu masuk Tol Cilegon Timur dipilih karena mungkin
itu lokasi yang strategis untuk para peserta yang jauh-jauh datang dari kota
lain untuk mengikuti acara seminar ini. Kami diminta hadir pukul 7.30 untuk
penukaran tiket dan registrasi, dan mereka memulai acara pukul 8 tepat. Bu Elly
Risman (yang baru saya tahu bahwa Risman adalah nama suaminya) memberi materi
pukul 9.00 - 13.00 yang terlalu cepat berlalu menurut saya.
Beliau yang hanya menyematkan gelar psikolog tanpa
embel-embel lain, baru saya tahu merupakan doktor dari America untuk
Phornography Addiction Therapy, di Salt Lake City, Utah-USA, juga baru saya
tahu merupakan dirut dari dua yayasan, masyaallah tampilanya sederhana sekali,
lembut khas wanita muslimah yang sopan. Memulai seminar dengan suara yang agak terisak mulai membuat air mata saya
menggenang. Slide awal menampilkan hasil dari pooling yang dilakukan beberapa
hari sebelumnya dengan pertanyaan
1.
Diusia berapa anak anda difasilitasi gadget?
2.
Sejak usia berapa anak anda dibuatkan/ membuat
akun socmed (Ig, FB, Whatsup dll?)
3.
Bagaimana pengasuhan orang tua anda kepada anda
ketika kecil?
4.
Apa dampak yang anda rasakan sekarang dari
pengasuhan orang tua anda tersebut?
Pertanyaan sederhana, namun hasil pooling itu membuat bu
Elly Risman agak heran, apa tujuan ibu membuatkan anak dibawah 3 tahun akun
socmed? Mau pamer? Tanyanya. Ingin dibilang anaknya lucu? Mau ditanya beli
bajunya dimana? sombong kah yang terselip? Banyak ibu yang tersenyum malu,
alhamdulillah nya saya tidak termasuk karena Syams tidak saya buatkan akun
socmed, namun terlintas pula artis-artis yang membuatkan akun socmed anaknya
sejak lahir, mungkinkan ibu-ibu ini follower mereka? Terka saya saat itu. Tahukan
ibu, selendang kesombongan itu yang akan Allah gunting, yang tak akan bisa
mencium surga jika ada sebiji dzaroh pun rasa sombong dalam hati? Tanya beliau.
Dilanjutkan dengan potongan gambar anak-anak usia sekolah dasar yang dalam
facebook berfoto tidak sewajar usianya, membuat miris hati ini, mereka beri
judul #relisionshipgoals katanya (emoticon sedih). Juga unggahan para ibu di
socmed yang bangga dengan proses facial dan meni pedi anak gadisnya yang berusia
balita, tuh kakinya aja belum keluar dari bangku untuk sampai baskom air saat
proses bersih-bersih kuku kaki disalon itu ujar bu Elly Risman, kalau semua
dikerjakan orang lain, terus ibu ngapain sama anaknya? , kalau semua orang lain
yang mengerjakan, tanya beliau. Tahukah ibu-ibu, kegiatan potng kuku, cari
kutu, cukur rambut itu bonding kita sebagai ibu dengan anak? Dilanjutkan cerita
masa kecilnya yang mengenang hal itu, suaranya menggetar saat masuk bagian
neneknya yang terus dia sayang hingga ajal, itu karena ada proses cari kutu buu,
kasih sayang nenek dan ibu saya mengalir saat proses cari kutu katanya. Saya ikutan
menangis terkenang bayangan masa kecil saya juga, kangen mamah dan adek-adek
perempuan saya di Bandung. Jangan kambing hitamkan cinta sebagai alasan,
memfasilitasi anak dengan gadget, membuat lucu-lucuan untuk konten socmed anak
agar banyak like dan komen, kedepankan logika kita sebagai orang tua, bukan
diri kekanakan yang ada pada ibu bapa, ujarnya.
Banyak beliau ceritakan pengalaman hidup beliau yang strugle
membesar kan 3 anak gadis di America, bagaimana keluarga mereka dengan kuat
memegang teguh prinsip dasar keluarga dan menjunjung tinggi syariat ditengah
lingkungan negara sebebas itu. Juga kisah beliau yang menceritakan alm ibunya
saat mendidiknya waktu kecil, mungkin dari sanalah ilmu dasar parenting
diadapat dan juga dilakukan berulang saat mendidik anak-anaknya. Ada satu hal
yang ingin saya coba tiru dan praktekan saat mendidik anak-anak saya kelak,
yaitu untuk tidak pernah memarahi dan bicara serius dengan anak dalam posisi
berdiri, terdengar spele yah tapi itu sangat berkesan buat saya, sesuatu yang membuat
seorang Elly Risman terisak ditengah seminar teringat akan alm ibu yang
mendidiknya dengan baik, dan memintakan ampunan pada Allah saat itu. Saya? Nangis
lagi dong, ingat bagai mana dulu saya juga digembleng seorang single parent,
yang boro-boro ada sekolah dan seminar sebanyak sekarang, dibesarkan ibu
bekerja sendirian memaksa saya untuk cepat dewasa dan mengerti sejak remaja,
tapi saya tahu alasannya kenapa mama dulu begitu, mewajarkan beliau namun
berusaha menjadi ibu yang lebih baik dengan ilmu-ilmu yang saya pelajari,
bukankan kita tidak bisa memilih lahir dari ibu yang bagaimana, tapi kita bisa
memilih untuk membesarkan anak dengan cara seperti apa? Semoga Allah membantu
dengan ilmu dan kesabaran yang lebih kepada saya.
Banyak tawa dan airmata yang tumpah di 4 jam bersama bu Elly
Risman dihari itu, nasihat juga pengalaman hidup yang beliau alirkan, ilmu dan
pembelajaran yang saya ambil tapi juga banyak datang kilatan-kilatan kenangan
masa kecil yang muncul setiap beliau bercerita, juga perasaan bersalah selama 2
tahun menjadi orang tua, dan banyak pertanyaan, bisa nggak yah? Nanti anak-anaku
gimana? Namun hingga akhir materi saya menjadi optimis, walaupun banyak sekali
pekerjaan rumah menggantung dalam pikiran saya dan suami, mana yang mau
dirubah, apa yang mau ditambah dalam pola asuh kami terhadap anak-anak kelak, tapi kami jadi lebih optimis inysyaallah bisa
dan merasa belum terlambat untuk memperbaiki dan terus belajar menjadi orang
tua. Kami diberikan contoh gol dalam pengasuhan anak, mendidik anak dengan
tujuan anak pintar dapat ranking tertinggi dikelas itu old style katanya,
katro, impian orang tua jaman dulu. Mendidik anak menjadi takwa dan berakhlak
mulia dengan ibadah sempurna lah gol orang tua saat ini, orang tua yang menjawab
tantangan masa sekarang, mendidik anak untuk menjadi calon istri/suami,
mendidik mereka menjadi ibu/ayah kelak, mendidiknya menjadi mandiri dan
bermanfaat untuk orang lain. Beberapa contoh gol sebagai orang tua dalam
mendidik anaknya dari ibu Elly Risman yang saya dan suami juga setujui. Oiya saya
datang keseminar ini rombongan, memboyong Syams dan ibu, mereka anam di
playground yang disediakan, dan saya tenang untung menangis hehee, suami saya
termasuk 5% bapak-bapak yang hadir, yang selalu mendapatkan apresiasi dan
terimakasih dari bu Elly Risman, karena mau peduli dan menanggalkan rasa malu
walaupun dengan sedikit terpaksa kan? Tanya beliau, yang dijawab lirikan
senyuman suami pada saya tanda mengiyakan hehee. Acara selesai pukul 13.00 kami
isttirahat untuk makan dan sholat, acara dilanjutkan 30 menit kemudian, tapi
kami pulang duluan, kasihan syams mulai capek tapi nggak tidur siang soalnya rame
anak kecil dan banyak mainan.
Oiya sebelum pulang saya dapet hadiah yang saya minta
sendiri secara pribadi saya minta pada bu Elly Risman, disaat yang lain keluar
ruangan seminar untuk istirahat, saya sendiri melawan arus maju ke panggung,
mendekatinya dan bertanya “bu boleh saya peluk ibu? Saya kangen mama saya” boleh katanya dan disambut pelukan hangat dan kecupan dipipi, mata saya berair
lagi, lalu saya doakan beliau selalu sehat agar bisa terus menebar kebaikan
dimanapun. Semoga bisa ikut seminar parenting lain dengan berbagai sumber dan
ilmu ditahun ini aamiin. Nggak sempet banyak foto dikarenakan menikmati acara,
maaf yaa visualnya sedikit.
Label:
Events,
Family,
Life,
Motherhood,
Parenting
Subscribe to:
Posts (Atom)