Bissmillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum,, mau share oleh-oleh yang saya dapat dari
Tour Guide, supir taxi dan sedikit pengalaman saya selama liburan di Singapura
kemarin. Banyak hal baru yang menarik
untuk diceritakan, beberapa kabar baik, miris atau yang sedikit mengecewakan.
Dimulai dari pertama tiba dibandara Changi yang keren, yaa
namanya aja International Airport, agak beda sih sama bandara Soeta beda banget
malah heheu, terlihat lebih rapi dan modern, baik dari sistem, bangunan dan
suasana yang didapat. Selama dari bandara menuju hotel tempat menginap,
rombongan kami menyewa bis dan lokal guide yang merupakan seorang ibu paruh
baya muslimah asli Singapura, beliau warga negara Singapura keturunan Melayu
yang kalau di Indonesia kita sebut Pribumi. Beliau menceritakan dengan bangga
negaranya yang canggih, asri dan hijau. Dan memang itulah yang nampak dari
sekitar 30 menit perjalanan kami menuju hotel. Memberitahukan sedikit peraturan,
bahwa dalam bus pariwisata tanpa pegangan kami dilarang berdiri didalamnya
apalagi berlarian,juga dilarang makan dan minum didalam bus seperti wajarnya
kita di Indonesia, itu ada sanksi dan dikenakan denda. Beliau juga mewarning kami tentang ketatnya hukum
disana, larangan membuang sampah sembarangan, juga aturan menyebrang di
Singapura yang harus pada tempat dan waktu penyebrangan. Tidak terlihat ada
macet selama tour singkat itu, dan itulah yang terjadi selama puluhan tahun
disana, oiya mereka juga nggak pernah mati lampu loh sejak 35 tahun lalu, amazing yah.
Sebelum berangkat saya sempat blog server ke traveler bloger
untuk mencari informasi dan tips selama traveling kesana, salah satu tips yang
saya dapat adalah untuk membawa botol minuman, sebagai ibu hamil plus
jalan-jalan bareng anak kecil saya kira memang wajib sih bawa botol air, tapi
refil nya dimana? Dan ternyata memang banyak tersedia pancuran air minum yang
siap minum tersebar, tapi ada kalanya juga kami kepepet beli air mineral yang
kalau di kurs kan harganya sekitar 13.000 rupiah untuk 600ml air mineral,
lumayan kan. Mulai dari air keran hotel yang bisa diminum, di bandara juga di
tempat umum seperti tempat wisata dan masjid menyediakan keran-keran air siap
minum, jadi mggak perlu khawatir selama bawa botol minum.
Saya sempat sholat dzuhur berjamaah di Masjid Sultan atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Botol, kenapa disebut Masjid Botol?
Jadi berdasarkan cerita dari Tour Guide kami Bapak Mohamad Nur, masjid tersebut
dibangun dikawasan muslim yang rata-rata berpenghasilan rendah, yang awalnya
menentang pembangunan masjid tersebut, karena tidak diberi andil dalam
pembangunannya. Hingga akhirnya pemerintah menawarkan untuk menyumbangkan
botol-botol kecap yang ada banyak
tersedia disetiap rumah penduduk kawasan masjid, lalu dipotong dan ditempelkan
bagian dasar botol nya kebagian menara Masjid Sultan, hingga nampak sampai
sekarang, potongan botol yang berjejer rapi diatas menara.
Sempat mengambil foto mainstream dekat Landmark Singapura
yaitu Merlion. Kami melihat banyak sepeda berjejer disana, sebenarnya beberapa
tempat juga saya sempat lihat sih bahkan di Orchahrd, banyak sepeda yang
diletakan begitusaja tanpa rantai. Ternyata sepeda seperti itu memang disebar
seantero negri untuk orang yang mau bersepeda, dengan tarif $1 per 30 menit
(kalau nggak salah ini ada tertera dibagian atas ban belakanng sepeda) caranya
gimana? Daftar dan nanti akan diberi barcode yang kemudian bisa di scan di
bagian gembok setiap sepeda, gembok akan terbuka secara otomatis dan sepeda
siap digunakan, kalau waktu habis ban akan ter lock otomatis, bisa
diperpanjang, atau yaa simpan saja dimana pun itu saat sepeda terlock,
inysaallah aman katanya. Kebayang kalau ada di Indonesia, sepertinya sudah
masuk tempat besi kiloan seperti nasib mur dan baut jembatan suramadu.
Cerita tentang kebersihan, keteraturan dan betapa tertib nya
negara itu ternyata bukan isapan jempol semata, selama 3 hari disana saya
merasakan hal itu ditambah cerita dari penduduk lokal. Tour guide kami yang
sebelumnya bercerita bahwa ada turis Malaysia yang beliau bawa membuang sampah
sembarangan karena mengira tidak ada petugas didekatnya, namun tak lama
punggungnya ditepuk pria berpakaian safari yang menunjukan kartu identitas
sebagai polisi, maka terkena lah denda $300 atau setara Rp 3,000,000 lumayan
banget kan? Nah kalau coba-coba nyogok sipetugas, kita bisa kena denda 2x lipat
alias $600 jadi mendingan buang sampah pada tempatnya saja. Hukum yang berlaku
di Singapura selain denda yang tinggi juga masa hukuman yang lama ditambah ada
hukuman fisik, iya hukum cambuk masih berlaku disana hingga sekarang. Bukan
hukum cambuk ala Aceh yang sering kita lihat itu, berpuluh cambukan oleh algojo
ditengah lapangan kota. Di Singapura, cambuk dimulai dari 3 kali saja, namun
setiap cambukan bisa menimbulkan akibat fatal, mulai dari berbekas seumur
hidup, putus urat bahkan kemandulan bagi pria saking keras dan pedihnya
cambukan yang disabetkan algojo, menurut Pak Nur ada minyak khusus di alat
cambuknya, bikin ngeri yang denger. Angka kriminalitas disana terhitung kecil,
begitu juga untuk kasus korupsi, mungkin karena hukum betul ditegakan disana,
bagus kalau dipraktekan di Indonesia gumam saya dalam hati.
Semoga dikasih rejeki, usia, kesempatan untuk bisa jalan-jalan
lagi bareng keluarga, lebih jauh lagi kalau bisa dan makin banyak negara yang
dikunjungi biar nambah wawasan dan pengalaman, karena allah saja memerintahkan
demikian hehe semoga bukan jadi modus baru penggunaan dalil buat jalan-jalan.
No comments:
Post a Comment