Sunday, February 24, 2013

Innalillahi wa innaillaihi roji'un


Jarang banget saya terima telfon subuh-subuh dari nury’ nggak kepikiran apapun’ kemudian “kenapa Nuur?” hening “Wat,, Rian meninggal” saya terduduk dari posisi sebelumnya yang masih tiduran, mencoba mencerna apa yang tadi saya dengar “Apa ai kamu? Yang bener?” kemudian Nury menjelaskan kalau tadi dia ditelfon A Andri (suaminya Rian) kalau tadi malem Rian meninggal,, saya sudah mulai mencerna apa yang dia certain’ otak saya mulai bekerja, tapi hati saya nolak untuk percaya kalau temen saya yang cantik itu meninggal, agak lama saya diem,,, “ya udah’ aq kabarin yang lain dulu yah” dia Nampak tegar, padahal saya tahu perasaan dia juga sama campur aduknya kaya saya. Nerima berita duka itu berat, tahu bagian yang lebih berat? Nyampein itu ke yang lain, itu lebih sakit. Nggak lama saya nelfon Icha, terbata-bata dan nggak jelas, panas mata saya dan mulai rembes saat  bilang kalau Rian meninggal’ icha juga kayanya gitu, dia nyaris teriak waktu saya sampein berita itu “Yang bener Mey?”
Secepat ini Allah manggil anak tunggal itu, sahabat kami tercinta, anak perempuan-nya masih 8 bulan dan dia tengah hamil muda, sedih? Semua sedih apalagi keluarga terdekatnya, suami dan ibunya. Saya yang berdiri di shaft perempuan yang ikut menyolatinya hampir nggak sanggup saat Imam masjid bertanya “Iyeu nu bade d sholatan muslim? Maotna sae?” diikuti jawaban membenarkan dari semua jamaah,, saya merinding, mata kembali panas saat Imam berkata “Urang jadi saksi lamun neng Rian teh Muslimah anu sae” buru-buru saya usap rembesan air itu.
Nggak pernah ada dalam pikiran saya kalau saat ini tiba, menyolati jenazah sahabat saya, sahabat  sejak awal kuliah, kami teman akrab, teman sekelompok saat ospek, teman satu jurusan, teman main di Kostan, makan baso dan bolos kuliah bareng-bareng, ternyata dia pulang duluan, mungkin saya berikutnya, bisa cepat atau agak lama, yang pasti saya bakal menyusul. Selamat jalan yan

No comments: