Assalamualaikum, lama banget nggak nulis padahal buanyak
banget yang pengen diceritakan namun apa daya laptop hang digeprak bayi, lalu dia sakit,
kemudian saya sakit dan disusul bapake yang sakit dan berakhirlah berbulan
bulan ini tanpa menulis.
Seiring dengan bertumbuhnya syams, banyak sekali ketemu
hal-hal yang hmmm gimana yah ceritanya, hal hal yang bikin “oh iyaya” sering
banget bersinggungan dengan sesuatu yang membuat saya berfikir bahwa apa yang
mama dan alm bapak saya lakukan dulu itu ternyata kok yaaa,, kenapa aku dulu
berfikir begini,, kok kami dulu (saya dan adik-adik) nggak ngerti dan ya itu
tadi, banyak momen “oh iyaya” yang muncul.
Jadi berawal sejak kehamilan, saya mulai baca tentang banyak
hal untuk menjadi orang tua dari berbagai referensi ada buku, artikel di
google, blog sampai sering baca BC di grup mamak-mamak muda yang sumbernya dari
berbagai pakar (Bu Elly Risman misalnya). Tulisan yang berisi tentang pola
asuh, cara mendidik dan bagaimana untuk bersikap saat ada masalah sebagai rang
tua dan banyak trial and error yang terjadi pada orang tua lain yang bisa
dijadikan contoh atau diambil pelajaran, dari sana saya banyak menemukan
kesamaan dengan pola asuh yang saya terima sejak kecil hingga sekarang bahkan
setelah menikah dan menjadi orang tua, ilai-nilai itu masih tetap ada. Lalu
berfikir berarti selama ini omelan mama, cerewet disuruh ini itu, disuruh ini
itu ternyata memang betul akan diperlukan.
Contoh terkecil yang saya dapat adalah kemampuan saya di dapur
yang saya anggap spele dan malah nggak ada apa-apanya di banding para master
chef (yaiyalah mereka hehe) maksudnya saya kira saya ini masuk kasta terendah
dalam lifeskill ternyata banyak teman yang sama aja bahkan jauh lebih nggak
bisa bersihin sisik ikan dan insangnya, bersihin ayam potong sampai ngambilin daging
dari kaki kambing kurban. Saya bisa lakukan hehehe ngerasa bangga dikit dan
banyak terimakasih buat mama yang sejak kecil kalau pulang dari pasar ngasih
tugas kami anak-anaknya untuk bersihin lauk pauk yang dibeli, ditatar dengan
benar, dikasih contoh dengan seksama lalu kami yang lanjutkan biasanya dengan
ngomel soalnya udah ada janji main ke rumah temen. Atau tentang nilai nilai
dalam kehidupan bersosial dilingkungan rumah, mama saya termasuk orang yang
rajin ngirim-ngirim makanan ke tetangga dekat dirumah, dan percaya nggak
percaya itu tertular pada saya sekarang dilingkungan baru ini. Dan ternyata
banyak juga yang tidak mendapat contoh baik itu dari orang tuanya, contoh untuk
beramah tamah pada tetangga “setor muka” istilahnya untuk warga baru yang
datang ke suatu lingkungan untuk sekedar silaturahmi berbasa basi dan kenalan.
Makasih lagi untuk mama.
Nah peer terbesarnya sekarang adalah bagaimana cara
mentransfer ilmu itu dengan lebih baik lagi ke Syams dan adik-adiknya kelak,
menanamkan nilai kehidupan, meng upgreat lifeskill mereka sebagai manusia untuk
menghadapi dunia nyata kelak, semoga si partner nggak bosen dan terus ada kayak
sekarang yang terus bantuin nyari solusi hehe.
No comments:
Post a Comment