Ada
nikmat lain selain mendapat, menerima, memakai, memakan, menghabiskan dan semua
kata yang mengibaratkan kita mendapatkan sesuatu, nikmat lain yang saat itu
tidak ada lalu terasa.
Banyak
orang merasakan kebahagiaan saat menerima rejeki’ saya juga begitu, merasakan
nikmatnya mendapatkan sesuatu yang saya inginkan, juga agak kesel kalo hampir
dapat tiba-tiba harus hilang. Tapi ada nikmat lain, nikmatnya saat harus melepaskan
sesuatu’ perasaan lega yang didapat “ikhlas” mungkin itu kata yang pas. Ikhlas saat
harus kehilangan kesempatan, ikhlas saat mendengar kabar tidak menyenangkan,
ikhlas saat harus berpisah. Saya ingin belajar seikhlas waktu buang air kecil,
dan merasakan lega-nya setelah keluar toilet, juga seikhlas membuang ingus saat
flu berat atau merasakan nyaman seperti setelah buang angin.
Karena
semua hal butuh untuk itu, mungkin ada sesuatu yang harus dibuang agar merasa
lega, ada yang disisihkan agar ringan, sesuatu yang dihilangkan agar terasa lapang.
Lemari baju yang kalau terus diisi akan terasa sesak bukan? Terus menerus diisi
tanpa ada yang dikeluarkan, minum terus menerus akan membuat kita kembung, dan
harta yang terus mengendap itu tidak baik. Rezeki itu ibarat air, dimana air
yang menggenang lama kelamaan akan kotor, berbau dan menimbulkan penyakit.
Demikian juga air yang tumpah tentunya akan membasahi tempat sekitarnya dan
tidak berguna. Oleh karena itu agar air menjadi bersih dan tidak kotor serta
berbau harus dialirkan ke tempat yang tepat agar tidak tumpah dengan sia-sia. Got
it?
Kemarin
dirumah saya dilangsungkan pengajian (inysyaallah) rutin dari Kopeahasanah’
membawakan tema sedekah, yang mengisi tausiah sahabat alm. Bapak saya Prof Ana
Tarmidzi, dan beliau mengutarakan kebanggaannya akan kami, kami yang masih muda
(ihiiiyy) tapi semangat dalam ibadah dan mendekat-kan diri pada kebaikan, kami
yang masih muda tapi sudah mau belajar banyak dan banyak lagi kekaguman yang
diceritakan. Semoga selalu istiqomah.
No comments:
Post a Comment