Selama bawa kendaraan nggak pernah
disapa Polisi sekalipun buat ditanya SIM STNK atau kena razia’ padahal pengen
juga nyobain sekali-sekali, sampai akhirnya hari ini tiba.
Barusan banget pas istirahat makan siang
saya ada perlu didaerah Gatsu, nah pas perjalanan pulang ke kantor, lewatlah
rumah Pa Gubernur alias Gedung Sate, belokan dari taman lansia ke kiri, kebeneran
banget ada pos Polisi dan saya d berhentikan (seneng loh ini awalnya,, akhirnya
ditanya Polisi juga) katanya lagi ada razia dalam rangka natal dan tahun baru,
saya okey-okey saja mendengarkan keterangan Bapak itu, katanya saya salah
menyalakan lampu depan, harusnya lampu besar yang dinyalakan bukan yang kecil,
lalu diminta SIM dan STNK yang Alhamdulillah kebeneran dibawa kemudian digiring
masuk Pos Polisi dengan beberapa Polisi dan “korban” lain.
Didalam saya ditunjukan surat tilang,
nama operasinya, maksud dan tujuan razia jumblah denda, harus siding kemana,
dan kapan. Karena ini pertama kali saya alami dan saya kurang ngerti, jadi saya
diem aja mendengarkan sambil manggut-manggut. Mungkin karena nggak ada
perlawanan, atau mungkin saya kelamaan diem tanpa menanyakan sesuatu dimulailah
“sebenernya ini bisa
diselesaikan dengan 2 cara mba, mau disidang di Jl.Riau atau langsung di
tempat?”
saya bingung “kalau disidang kan Rp100.000 kalo disini boleh setengahnya” saya
mengernyit mulai mengerti, tapi emang lagi ga bawa duit cash’ dan berharap bisa
debit ajah hehee,, *ini sebenernya jadi saya yang malu* si Bapak Polisi itu
menawarkan lagi “Mba
punyanya berapa? 30? 20? Sok bilang aja”
yaa Allah itu malah dia yang nawar,, saya yang tadinya duduk ngambil posisi
berdiri buat ngambil uang disaku celana “kokoreh” kalau kata orang sunda.
Cepet banget kejadiannya, secepet
ngasih uang – terimakasih – dan kembali ke kantor. Mungkin saya lebih respect
kalau kejadiannya hanya diberhentikan lalu memberitahu bahwa saya menyalakan lampu yang
salah, diperingati kemudian dipersilahkan kembali ke kantor, daripada begini
kejadiannya, mengalami hal yang tidak menyenangkan, merasa awkward dengan tawar-menawar dengan seorang olnum Polisi, tahu hal-hal yang seperti ini memang sudah lama, tapi untuk
mengalami dan merasa malu (malah saya yang lebih malu kayanya daripada oknum
Polisi itu) ini baru pertama. Malu karena memang benar apa yang diceritakan
orang tentang oknum-oknum seperti bapak tadi, malu karena menyumbang juga andil
dosa, malu karena menjadi anggota jaringan orang yang terjangkit korupsi.
Astagfirullah semoga menjadi hikmah.
No comments:
Post a Comment