Saya bukan
orang yang ngerti seni,, lukisan, puisi atau hal-hal yang bersifat tersirat
tanpa makna langsung, sulit menebak-nebak dan merasa nggak bisa dan takut salah
tafsir. Bukan juga penggemar WS Rendra, bahkan puisinya saya nggak pernah tahu
sampai hari ini, saat kebetulan baca artikel tentang beliau dan isi puisinya
yang semakin berumur beliau makin lebih dalam memaknai kehidupan, sang
pencipta,, Allah SWT
MAKNA SEBUAH TITIPAN
WS Rendra
WS Rendra
Sering kali aku berkata, ketika orang
memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan, bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya, bahwa hartaku hanya titipan Nya, bahwa putraku hanya titipan Nya,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan, bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya, bahwa hartaku hanya titipan Nya, bahwa putraku hanya titipan Nya,
Tetapi, mengapa aku tak pernah
bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang
harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu
yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu
sebagai musibah, kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka, kusebut
dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan
yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua “derita” adalah hukuman
bagiku.
Seolah keadilan dan kasihNya harus
berjalan seperti matematika:
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”, dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”, dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…
Kemudiam diam merenung setelah bait terakhir,,,
No comments:
Post a Comment