Assalamualaikum
pembaca baru di tahun baru, mau cerita proses kelahiran anak kedua nih yang terlewat
hampir 9 bulan yang lalu hihii. Sejak Cyra lahir hidup yang tadinya settle jadi
dimulai dari 0, milai dari atur jadwal, mengolah emosi dan banyak lainnya.
Karena
Syams lahir diusia kehamilan 37 minggu, saya dan suami sudah ke-geer an untuk
kelahiran anak kedua ini juga akan sama seperti kakaknya, yaa nggak akan jauh
bangetlah bedanya, paling 38 minggu (yang mana ternyata kita sotoy banget). Karena
sudah ke pede an akan lahir maju 3 minggu dari HPL yang diberikan obgyn, saya
mengirimkan semua vitamin dan suplement pada adik saya di Bandung, biar nggak
mubazir niatnya, kan bayinya sebentar lagi lahir wkwkwkwk sok tau banget yaa. Nah
ternyata belum ada tanda-tanda mau melahirkan sejak minggu ke 37, lalu diminggu
ke 38 juga ini bayi anteng banget, minggu 39 diem-diem bae nih bayi diperut
yang malah membuat saya dan suami deg-degan, kok nggak keluar-keluar, takut
ketubannya keruh, ketuban kering, takut harus di induksi, takut di operasi dan
banyak takut-takut lainnya.
Apa
saja yang sudah dilakukan selama deg-degan menanti kelahiran bayi? Saya jalan
pagi jauh banget sambil dorong syams pakai stroller, soalnya dia minta gendong
kalau kejauhan, capek katanya. Saya rajin banget squad dirumah sampai berkali –
kali jalan jongkok demi agar si bayi cepet keluar. Masuk ke 40 minggu kurang
satu hari dari HPL, saya merasakan gelombang cinta itu pagi hari lembut tapi
pasti yang sampai siang tiba-tiba hilang. Saya tunggu hingga ashar nggak ada
lagi si gelombang itu, flek darah nggak ada, ketuban apalagi, duh makin stress
rasanya. Dan akhirnya kami putuskan kontrol obgyn karena memang ini HPL-1 dan menanyakan status bayi, aman nggak untuk
ditunggu, posisi bayi dan kondisi ketuban. Dokter bilang semua baik, bisa
ditunggu maksimal 1 minggu, kalau nggak ada pembukan terpaksa dan mau-nggak mau
harus operasi, huwaaaaaaa pengen nangis rasanya, takut, gelisah, nggak ridho
dan nggak berani campur aduk. Saya diminta pulang dan menunggu dirumah, karena
memang nggak ada pembukaan di magrib itu.
Sesampainya
dirumah, saya makan dan bermain biasa dengan Syams sambil menunggunya tidur,
perut sudah berat dan begah, sesek banget dan sulit bergerak. Jam 22.00
tiba-tiba datang gelombang dahsyat itu, yang nggak se mulus tadi pagi,
getarannya terasa langsung kenceng dan nyelekit, jedanya juga nggak terlalu
panjang, terus berlangsung sampai jam 23.00, bapake dan Syams sudah tidur, saya
download applikasi untuk mengetahui waktu yang pas untuk ke rumahsakit, saat
jam 23.00 saya lihat applikasi berkali-kali dan memang diminta pergi ke RS tapi
yaa kok nggak percaya. Dicoba lagi 3 termin dan hasilnya tetap sama, saya harus
segera ke RS. Syams tiba-tiba bangun dan nangis mungkin mendengar mamanya yang
dari tadi mengaduh kesakitan, akhirnya saya putuskan berangkat ke RS Permata
Serdang didekat rumah. Sebelumnya saya telfon ibu ART saya untuk ikut menemani,
bilang sepertinya sekarang mau melahirkan. Kami tiba di RS pukul 00.30 dan setelah
di cek bukaan sudah bukaan 3, saya diminta menunggu untuk tes lain, padahal itu
posisinya sudah nggak bisa ngomong, pucet dan melilit banget, si gelombang cinta
datang bertubi-tubi tanpa jeda, saya ngos-ngosan dan kecapekan. Saat diantar
kursi roda karena sudah nggak kuat jalan, saya kira akan di bawa ke ruang
bersalin, ternyata saya malah dibawa ke kamar inap. Nggak lama setelah
ditinggal perawat saya merasakan mules luar biasa, seperti ada yang menendang
nendang ingin melompat, saya nggak kuat nahan rasa itu dan mengedan sambil
berdiri, sambil berpegangan pada ibu, karena bapake lagi diluar cari dokter.
Byuuur
air ketuban meluncur ke lantai, diikuti suara meletus, air deras banyak dan
bening keluar dari jalan lahir, lega rasanya setelah ketuban keluar, ternyata
begini rasanya pecah ketuban, saat lahiran Syams dulu ketuban ini digunting
dokter saat bukaan lengkap, jadi saya baru tahu rasanya sekarang. Setelah lega
sebentar karena ketuban pecah, rasa melilit itu datang lagi dan keinginan untuk
mengedan lebih besar lagi, kamar tiba-tiba penuh oleh bidan, perawat dan dokter
yang heran kok saya pecah ketuban duluan diruang inap tanpa pendamping, malam
itu chaos sekali, panik, sakit dan menegangkan, tapi lucu kalau saya ingat
sekarang.
Saya
dibawa dengan ranjang menuju ruang bersalin saking sakitnya dan sudah nggak
bisa berdiri lagi, rasanya kepala bayi sudah keluar, tapi dokter maya (Obgyn ku)
belum datang, dan dokter lain sedang menangani kelahiran lain, yaa ada 3
kelahiran bersamaan saat itu, dan saya paling akhir masuk ruangan, padahal si
bayi sudah diujung, tapi saya diminta untuk menutup rapat paha, untuk jangan dulu
mengejan (kan nggak bisaa ditahan). Sampai saya dengar bayi dipinggir lahir,
dokter langsung mendatangi kaki, membuka dan brol, kepala bayi keluar, tapi
lagi-lagi ditahan, pelan katanya, agar tidak banyak robekan, yang saya timpali
dengan “nggak bisa ditahan doookk” hehhee galak bener kan ibu yang lagi
melahirkan. Alhamdulilah nggak sampai semenit dan lahir dengan sekali hejan
lahirlah kembali saya sebagai ibu, ibu-ibu tepatnya karena sekarang anaknya kan
2 hehehe. Hilang sudah sakit melilit tadi, hilang seketika nggak tahu kemana,
lega rasanya, masyaallah allahuakbar.
Tepat
setelah lahir dokter maya datang, dia langsung memegang jarum untuk menjahit
diarea bawah sana, dan bayi di imd ke dada. Saya baru sadar, bapake mana? Kok nggak
masuk? Ternyata dia nggak boleh masuk, sampai akhirnya selesai di jahit, bayi
dibawa untuk dibersihkan dan di adzani disana oleh bapake (iyaa dia tetep ga
boleh masuk hmmm). Saya diminta tiduran dulu sambil dibersihkan oleh perawat,
dan nggak lama setelahnya ibu sama Syams datang, masuk dan menanyakan kabar,
dia masih terjaga sejak kami boyong ke RS, ikut menyemangati di UGD dan
menemani hingga adiknya lahir (mama terharu). Kenapa Syams dibawa ke RS saat
proses melahirkan? Karena nggak ada opsi lain, kami perantauan dan nggak ada orang tua
disini, alhamdulilah sekali ART kami baik hati dan mau menemani seperti
keluarga sendiri.
Pindahlah
saya ke kamar perawatan, laper haus cape jadi satu. Dulu saat syams lahir saya
di infus jadi nggak begitu terasa lelanya, yang ini karena proses nya cepet
banget (muali dari bukaan, masuk UGD, kamar rawat dan melahirkan) jadi baru
terasa setelahnya, kok nggak di infus yah? Mungkin keder soalnya tadi heboh
prosesnya hihii.
Mama
dari Bandung datang menemani siangnya, Syams masih setia mendampingi samapi jam
3 dini hari, ikut tidur di kasur sofa dengan bapake, dan mama mulai galaw,
melow sedih jauhan sama Syams, percaya nggak percaya bayi yang diperut udah
lahir, dan syams official jadi kakak sekarang. Bissmillah kita bisa ya Syams.
Sampai
jumpa di postingan melahirkan beikutnya inysyaallah <3 <3 <3